Kisah Nabiyullah Yunus
mengandung keajaiban dan keunikan. Dia dibuang ke laut dan dimakan ikan.
Di sanalah dia berdoa kepada Allah untuk memohon pertolongan-Nya. Maka
Dia menyelamatkan dan menjaganya dari kebinasaan. Dia memerintahkan ikan
agar memuntahkannya di tepi pantai.
Hadis ini mengandung tambahan
keterangan dari apa yang disebutkan oleh Al-Qur’an tentang kisahnya. Ia
menjelaskan sebab-sebab mengapa Yunus marah, lalu naik perahu menjauh
dari keluarga dan negerinya.
Teks Hadis
Dari Abdullah bin Mas’ud
berkata, “Sesungguhnya Yunus menjanjikan adzab kepada kaumnya. Dia
memberitakan bahwa ia akan datang kepada mereka dalam tiga hari. Mereka
ketakutan, hingga ibu berpisah dengan anaknya. Kemudian mereka keluar
dan kembali kepada Allah untuk memohon ampun darinya. Maka Allah menahan
adzab dari mereka. Sementara itu Yunus menantikan turunnya adzab dan
dia tidak melihat apapun. Barang siapa berdusta dan tidak memiliki bukti
maka dia dibunuh. Maka Yunus pergi dalam keadaan marah, hingga dia
bertemu suatu kaum di atas perahu. Yunus ikut bersama mereka dan mereka
mengenalnya. Ketika Yunus naik perahu, perahu itu tiba-tiba terhenti
padahal perahu-perahu lainnya berjalan hilir-mudik ke kanan dan ke
kiri. Yunus berkata, ‘Ada apa dengan perahu kalian?’ Mereka menjawab,
‘Entahlah.’ Yunus berkata, ‘Akan tetapi, aku tahu. Di atas perahu ini
terdapat seorang hamba yang kabur dari Tuhannya. Perahu ini, demi Allah,
tidak akan berjalan hingga kalian membuang orang itu.’ Mereka menjawab,
‘Kalau kamu wahai Nabiyullah, maka kami tidak akan melemparkanmu.’
Yunus berkata, ‘Buatlah undian. Siapa yang keluar namanya, maka dia
harus terjun ke laut.’ Lalu mereka membuat undian. Yunus mengundi
mereka tiga kali dan yang keluar selalu namanya. Yunus pun terjun ke
laut dan langsung seekor ikan besar telah menantinya. Begitu Yunus
terjun, ikan itu langsung menelannya. Ikan itu turun ke dasar laut.
Yunus mendengar tasbih batu-batu kecil. “Maka ia menyeru dalam
keadaan yang sangat gelap, ‘bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha
suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim.” (Al-Anbiya: 87). Ibnu Mas’ud berkata, “Kegelapan di dalam perut ikan besar, kegelapan laut, dan kegelapan malam.”
Dia berkata, “Kalau
sekiranya dia tidak segera mendapat nikmat dari Tuhannya, niscaya dia
benar-benar dicampakkan ke tanah tandus dalam keadaan tercela.” (Al-Qalam: 49).
Dia berkata, ‘Yunus seperti
anak burung yang telanjang dan tidak berbulu, dan Allah menumbuhkan
untuknya sebuah pohon dari jenis labu. Yunus makan dari pohon itu dan
berteduh di bawahnya. Pohon itu mengering dan Yunus menangisinya, maka
Allah mewahyukan kepadanya, “Apakah kamu menangisi sebuah pohon yang
mengering dan tidak menangisi seratus ribu orang atau lebih di mana
kamu hendak mencelakakan mereka?”
Maka Yunus keluar. Dia bertemu
dengan seorang pengembala kambing. Yunus bertanya kepadanya, ‘Anak
muda, dari mana kamu?’ Dia menjawab, ‘Dari kaum Yunus.’ Yunus berkata,
‘Jika engkau pulang, maka sampaikan salam kepada mereka. Katakan kepada
mereka kalau kamu telah bertemu Yunus.’
Anak muda itu berkata, “Jika
kamu memang benar Yunus, maka tentu kamu tahu bahwa barangsiapa yang
berbohong dan dia tidak mempunyai bukti, dia akan dibunuh. Lalu siapa
yang bersaksi untukku?” Yunus menjawab, “Saksimu adalah pohon ini dan
lembah ini.” Anak muda itu berkata, “Perintahkan keduanya.” Maka Yunus
berkata kepada pohon dan lembah itu, “Jika anak muda ini datang kepada
kalian berdua, maka bersaksilah untuknya.” Keduanya menjawab, “Ya.”
Anak muda itu pulang kepada
kaumnya. Dia memiliki saudara-saudara yang melindunginya. Dia menghadap
raja dan berkata kepadanya, “Sesungguhnya aku telah bertemu Yunus, dia
menyampaikan salam kepada kalian.” Maka raja memerintahkan agar anak
muda ini dibunuh. Dikatakan kepada raja, “Dia punya bukti.” Raja pun
mengutus seorang pergi bersama anak muda itu. Mereka tiba di pohon dan
lembah. Anak muda itu berkata kepada keduanya, “Aku bertanya kepada
kalian berdua dengan nama Allah, apakah Yunus menjadikan kalian berdua
sebagai saksi?” Keduanya menjawab, “Ya.” Maka kaumnya pulang dalam
keadaan ketakutan. Mereka berkata, “Pohon dan bumi bersaksi untukmu.”
Mereka mendatangi raja dan menceritakan apa yang mereka lihat. Raja
menuntun tangan anak muda itu dan mendudukkannya di singgasanaya seraya
berkata, “Kamu lebih berhak terhadap kursi ini daripada aku.” Maka anak
muda itu memimpin mereka selama empat puluh tahun.”
Takhrij Hadis
Hadis ini diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannaf, 11/541, no. 1195, Kitab Fadhail Yunus. Sururi dalam Ad-Durrul Mantsur menisbatkanya kepada Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannaf , Ahmad dalam Az-Zuhd, Abd
bin Humaid, Ibnu Jarir, Ibnul Mundzir, Ibnu Abi Hatim dari Ibnu Mas’ud.
Dan Hafidz Ibnu Hajar menukil sepenggal darinya dan dia menyatakan
bahwa riwayat Ibnu Abi Hatim adalah shahih. Fathul Bari (6/452). Hadis ini dishahihkan oleh Syaikh Ibrahim Al-Ali dalam Al-Ahadis Ash-Shahihah min Akhbaril Anbiya, hlm. 122. no. 177)
Penjelasan Hadis
Yunus bin Matta adalah seorang
nabi dan rasul. Allah mewahyukan kepadanya seperti Allah mewahyukan
kepada rasul-rasul yang lain, “Sesungguhnya Yunus benar-benar salah seorang rasul.” (Ash-Shaffat: 139). “Sesungguhnya
Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan
wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami telah
memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Isma’il, Ishak, Ya’qub dan anak
cucunya, Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. dan Kami berikan Zabur
kepada Daud.” (An-Nisaa: 163). Dia termasuk orang-orang shalih yang terpilih. Allah melebihkan mereka dari manusia-manusia yang lain. “Dan Ismail, Alyasa’, Yunus dan Luth. Masing-masing kami lebihkan derajatnya di atas umat (di masanya).” (Al-An’am: 86).
Allah telah memberitakan bahwa Yunus meninggalkan kaumnya dalam keadaan marah, “Dan ingatlah Dzun Nun (Yunus) ketika dia pergi dalam keadaan marah.” (Al-Anbiya: 87). Dan bahwa dia kabur dengan perahu yang sarat muatan (penuh beban), “Sesungguhnya Yunus benar-benar salah seorang rasul, ingatlah ketika dia lari ke kapal yang penuh muatan.” (Ash-Shaffat: 139-140).
Rasulullah memberitakan
alasan kaburnya Yunus dan bagaimana dia bisa marah. Hal itu karena dia
menjanjikan adzab kepada kaumnya setelah sekian lama mereka mendustkan
rasul mereka. Yunus menyatakan bahwa adzab akan turun menimpa mereka
setelah tiga hari. Ketika mereka telah yakin bahwa adzab pasti turun,
mereka bertaubat dan kembali kepada Allah. Mereka menyesali sikap
mereka yang mendustakan rasul mereka. Dan keadaan mereka, sebagaimana
yang diberitakan oleh rasululah di dalam hadis ini, mereka memisahkan
anak hewan dari induknya dan anak manusia dari ibunya. Kemudian mereka
keluar dan berdoa kepada Allah. Suara mereka berampur baur. Mereka
berdoa dan bertawassul dengan-Nya. Ibu-ibu dan induk-induk hewan
berteriak sebagaimana anak-anak berteriak mencari ibu-ibu mereka. Maka
Allah menahan adzab-Nya dari mereka. Ibnu Katsir berkata, “Ibnu Mas’ud,
Mujahid, Said bin Jubair dan banyak ulama dari kalangan salaf dan khalaf
berkata, ‘Manakala Yunus keluar dari kota mereka, dan mereka yakin
adzab akan turun kepada mereka, Allah memberi mereka taufik untuk
bertaubat dan kembali kepada-Nya, dan mereka menyesal atas sikap mereka
selama ini kepada Nabi mereka. Maka mereka memakai pakaian ibadah dan
memisahkan semua ternak dengan anaknya, kemudian mereka berdoa kepada
Allah. Mereka mengangkat suara, merendahkan dan menundukkan diri mereka
kepada-Nya. Kaum laki-laki, para wanita, anak-anak, laki-laki dan
perempuan, serta para ibu, semuanya menangis. Binatang ternak, binatan
melata, semuanya bersuara, unta dan anaknya berteriak, sapi dan anaknya
melenguh, kambing dan anaknya mengembik. Saat-saat yang mencekam. Lalu
Allah dengan daya dan kekuatan-Nya menahan adzab yang hampir menimpa
mereka dengan sebab, dan ia telah berputar di atas kepala mereka seperti
sepotong malam yang kelam. (Al-Bidayah wan Nihayah, 1/232). Oleh karena itu Allah berfirman, “Dan
mengapa tidak ada (penduduk) suatu kota yang beriman, lalu imannya itu
bermanfaat kepadanya selain kaum Yunus? tatkala mereka (kaum Yunus itu),
beriman, Kami hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam
kehidupan dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai kepada
waktu yang tertentu.“ (Yunus: 98)
Allah telah memberitakan
kepada kita bahwa iman kaum Yunus berguna bagi mereka setelah adzab
hampir turun menimpa mereka, dan Allah pun menariknya padahal ia telah
menaungi mereka.
Tiga hari yang dijanjikan oleh
Yunus kepada kaumnya telah berlalu. Yunus datang untuk melihat
terwujudnya janji Allah atas mereka. Mungkin saat itu Yunus menyendiri,
tidak bersama kaumnya, maka dia tidak mengetahui taubat dan insafnya
mereka. Ketika Yunus menengok mereka, dia mendapati mereka dalam keadaan
selamat. Hal ini membuatnya marah. Dan bagi mereka, balasan untuk orang
berdusta adalah dibunuh. Maka Yunus kabur karena takut dibunuh.
Yunus terus berjalan hingga
mencapai pantai. Dari pengamatan terhadap teks hadis menunjukkan bahwa
perginya Yunus ini tanpa izin dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Oleh
karena itu, Allah Tabaraka Wa Taala menyatakan bahwa Yunus adalah orang
yang abiq (pergi tanpa permisi; pent). Abiq adalah hamba sahaya yang melarikan diri dari majikannya. “Sesungguhnya Yunus benar-benar salah seorang Rasul, ingatlah ketika dia lari ke kapal yang penuh muatan.” (Ash-Shaffat:
139 -140). Semestinya Yunus harus rela dengan keputusan Allah dan
berserah diri kepada perintah-Nya. Bukan hak seorang hamba untuk marah
kepada perbuatan Tuhannya. Yunus semestinya juga tidak pergi tanpa
izin-Nya. Oleh karena itu, Allah melarang Rasul-Nya agar tidak seperti
orang yang ditelan ikan besar, yaitu Yunus Alaihis Salam, “Maka
bersabarlah kamu (hai Muhammad) terhadap ketetapan Tuhanmu dan janganlah
kamu seperti orang yang berada di dalam perut ikan besar.” (Al-Qalam: 48).
Ketika Yunus tiba di pantai,
dia mendapati suatu kaum berada di sebuah perahu. Mereka mengenalnya dan
membawanya bersama mereka atas dasar permintaannya. Ketika perahu
sampai di tengah lautan, ia tiba-tiba terhenti dan tidak bergerak. Ini
benar-benar aneh. Perahu-perahu lain di kanan dan kirinya berjalan
hilir-mudik, sementara ia sendiri berhenti di atas air dan tidak
bergerak. (Yang termaktub di dalam mayoritas hadis yang menjelaskan
kisah Nabiyullah Yunus adalah bahwa penyebab Yunus dibuang adalah laut
yang bergolak dan mereka takut tenggelam, bukan karena perahunya
berhenti dan tidak bergerak. Mana yang benar? Wallahu A’lam). Yunus
mengetahui bahwa berhentinya perahu adalah disebabkan oleh dirinya. Dia
menyampaikan kepada penghuni perahu tentang sebab berhentinya, karena
adanya seorang hamba yang lari dari Tuhannya di perahu mereka, yakni
dirinya sendiri, “Ketika dia berlari kepada perahu yang penuh muatan.” Ash-Shaffat:
140). Perahu itu tidak berjalan sementara hamba itu berada di atasnya.
Dia harus dibuang ke laut agar perahu bisa berjalan seperti
perahu-perahu lainnya. Mereka menolak karena mereka mengetahui bahwa
Yunus adalah Nabi Allah yang mempunyai kemuliaan di sisi-Nya.
Yunus berkata kepada mereka,
“Lakukanlah undian. Siapa yang mendapatkan undian, maka dialah yang
dilempar ke laut.” Mereka mengundi. Yunus memperoleh undian, hingga
diulang kedua dan ketiga kalinya. Selaku Yunus, dan undian inilah yang
dimaksud oleh firman Allah, “Kemudian dia ikut berundi, lalu dia termasuk orang-orang yang kalah dalam undian.” (Ash-Shaffat: 141).
Manakala Yunus mengetahui hal
itu, dia menceburkan dirinya ke laut. Begitu dia sampai di laut, dia
langsung disambut oleh ikan besar. Bisa jadi para penumpang perahu itu
melihat ikan besar tersebut melahap Yunus, maka mereka yakin kalau Yunus
telah mati. Tidak ada seorangpun yang ditelan ikan besar bisa selamat
sebelum Yunus, “Kemudian dia ikut berundi, lalu dia termasuk orang-orang yang kalah. Maka dia ditelan ikan besar dalam keadaan tercela.” (Ash-Shaffat: 141-142).
Firman-Nya, “Dalam keadaan tercela,”
yakni melakukan sesuatu yang mengundang celaan. Dia meninggalkan
kaumnya dalam keadaan marah, hanya karena adzabnya tidak turun tanpa
izin dari Allah.
Allah memerintahkan ikan agar
tidak mencelakai hamba shalih Yunus. Maka ikan besar itu membawanya ke
dasar lautan. Yunus dikelilingi oleh beberapa kegelapan: kegelapan dasar
laut, kegelapan perut ikan besar, dan kegelapan malam. “Lalu dia
menyeru dalam kegelapan-kegelapan.” (Al-Anbiya: 87).
Di dalam perut ikan itu Yunus
mendengar tasbih kerikil dan hewan-hewan laut di dasar laut. Dia pun
memanggil Tuhannya dengan bertasbih kepadanya, mengakui kesalahannya,
dan menyesali apa yang dilakukannya. “Maka dia menyeru dalam keadaan
yang sangat gelap, bahkan tiada Tuhan yang berhak disembah selain
Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang
zhalim.” (Al-Anbiya: 87).
Allah mendengar panggilannya.
“Dzat yang mengetahui rahasia dan bisikan, yang mengangkat kesulitan dan
kesusahan, Maha Mendengar suara walaupun ia lemah, mengetahui yang
rahasia walaupun ia tersembunyi, yang menjawab doa-doa walau ia dosa
besar.” (Al-bidayah wan Nihayah, (1/233) “Maka Kami menjawab doanya dan menyelematkannya dari kesulitan.” (Al-Anbiya:88).
Kalau bukan karena tasbihya
dan taubatnya kepada Allah, niscaya dia akan binasa di perut ikan dan
diam di dalamnya sampai hari kebangkitan. “Maka kalau sekiranya dia
tidak termasuk orang-orang yang banyak bertasbih, niscaya dia akan tetap
tinggal di perut ikan sampai hari kebangkitan.” (Ash-Shaffat: 143-144).
Setelah Yunus berdoa, Allah
meminta agar ikan memuntahkannya di pantai. Maka ikan itu melakukan apa
yang diminta oleh Allah kepadanya. Yunus dimuntahkan dalam keadaan
sakit, kulitnya mengelupas dan tanpa kekuatan. “Kemudian Kami lemparkan dia ke daerah yang tandus, sedangkan dia dalam keadaan sakit.” (Ash-Shaffat: 145).
Rasulullah Shallallahu Alahi
wa Sallam menjelaskan keadaan Yunus. Kulitnya mengelupas karena berenang
di dalam cairan perut ikan, dan ketika ikan itu melemparkannya ke
pantai, dia seperti anak burung yang dicabuti bulunya dan tidak tersisa
sedikitpun.
Di tempat Yunus terdampar, Allah menumbuhkan pohon sejenis labu. “Dan Kami tumbuhkan untuknya sebatang pohon dari jenis labu.” (Ash-Shaffat: 146).
Pohon sejenis labu(yaqthin).
Orang-orang yang mengetahui pengobatan menyebutkan bahwa yaqthin ini
adalah makanan yang baik bagi tubuh, cocok dengan kondisi perut, dan
sesuai dengan pencernaan. Airnya bisa menghilangkan dahaga dan
menghilangkan nyeri. Ilmu kedokteran modern menyatakan bahwa pohon ini
mudah dicerna, menenangkan, melunakkan, melembabkan, menghaluskan,
melancarkan air kencing dan membersihkan hati, juga bisa digunakakan
sebagai obat untuk berbagai penyakit. (Lihat kamus Al-Ghidza’ wat Tadawi bin Nabat, hlm. 754).
Rasulullah telah memberitakan
kepada kita bahwa Yunus bernaung di bawah pohon itu dan makan darinya.
Pohon itu mengering setelah beberapa waktu. Maka Nabiyullah Yunus
menangisinya, lalu Allah mewahyukan kepadanya untuk memperingatkannya, “Apakah
kamu menangisi sebuah pohon yang mengering sementara kamu tidak
menangisi seratus ribu orang atau lebih di mana kamu hampir mencelakai
mereka?”
Ketika Yunus sehat, dia mulai
bisa berjalan dan bergerak. Dia berjalan meninggalkan daerah itu. Dia
bertemu dengan seorang anak muda penggembala kambing. Yunus bertanya
tentang anak muda itu. Pemuda itu menjawab, “Dari kaum Yunus.” Maka
Yunus memintanya agar menyampaikan salam kepada kaumnya dan memberitahu
mereka bahwa dia telah bertemu Yunus.
Anak muda ini cerdik. Dia
mengerti kebiasaan yang berlaku di dalam kaum Yunus terhadap pendusta.
Dia berkata kepada Yunus, “Jika kamu benar Yunus, maka kamu mengetahui
bahwa barangsiapa berdusta dan tidak mempunyai bukti, maka dia dibunuh.
Lalu siapa yang bersaksi untukku?” Yunus menjawab, “Pohon ini dan
dataran ini bersaksi untukmu.”
Anak muda itu berkata,
“Perintahkan kepada keduanya.” (Yakni agar bersaksi untuknya). Yunus
berkata kepada keduanya, “Jika anak muda ini mendatangi kalian berdua,
maka bersaksilah untuknya.” Keduanya menjawab, “Ya.” Semua itu dengan
kodrat Allah.
Anak muda itu pun pulang
kepada kaumnya. Dia mempunyai saudara-saudara yang memiliki kedudukan
dan kehormatan di kaumnya, sehingga dia bisa berlindung kepada mereka
dari orang-orang yang hendak menyakitinya. Anak muda itu datang kepada
raja untuk menyampaikan kalau dirinya telah bertemu dengan Yunus, dan
Yunus menitipkan salam kepadanya dan kepada kaumnya. Sepertinya raja dan
kaumnya telah yakin kalau Yunus telah binasa. Lebih-lebih para
penumpang perahu yang pasti telah bercerita tentang Yunus yang mencebur
ke laut dan ditelan ikan besar. Maka ucapan anak muda itu tentang Yunus
dianggap dusta. Oleh karenanya raja memerintahkan agar anak muda itu
dibunuh.
Anak muda itu menyatakan
dirinya mempunyai bukti kebenaran. Maka raja mengirimkan beberapa orang
untuk mengiringinya. Ketika mereka tiba di pohon dan di daratan yang
diperintahkan oleh Yunus agar bersaksi untuk anak muda itu, ia berkata
kepada keduanya, “Aku bertanya kepada kalian berdua dengan nama Allah,
apakah Yunus memerintahkan kalian berdua untuk menjadi saksi bagiku?”
Keduanya menjawab, “Ya.”
Mereka pulang dalam ketakutan.
Mereka menyampaikan apa yang mereka dengar kepada raja. Raja langsung
turun dari singgasananya, menuntun anak muda itu dan mendudukkannya di
singgasananya seraya berkata, “Kamu lebih berhak dengan tempat ini
daripada aku.”
Rasulullah Shallallahu Alahi
wa Sallam telah menyampaikan bahwa anak muda ini memimpin selama empat
puluh tahun. Dia menegakkan urusan mereka dan memperbaiki perkara
mereka.
Dan nampaknya perintah Yunus
kepada anak muda itu, agar menyampaikan salamnya kepada kaumnya dan
memberitakan bahwa dirinya masih hidup dengan kesaksian daratan dan
pohon itu adalah untuk menunjukkan kepada kaumnya bahwa dia tidak
berdusta kepada mereka. Semua itu terjadi dengan perintah Allah.
Kesaksian daratan dan pohon itu bagi anak muda tersebut merupakan
kesaksian bagi Yunus bahwa dia adalah Nabi. Dan Nabi adalah orang yang
jujur, bukan pendusta.
Dan dalil-dalil yang ada di
tangan kita menunjukkan bahwa Yunus pulang kepada kaumnya setelah mereka
beriman. Ini berdasarkan firman Allah, “Dan Kami utus dia kepada seratus ribu orang atau lebih.”
(Ash-Shaffat: 147). Mereka adalah kaum Yunus , sebagaimana disebutkan
dalam hadis ini tentang celaan Allah kepada Yunus yang tidak bersedih
karena lebih dari seratus ribu kaumnya yang binasa.
Versi Taurat
Kisah ini terdapat di dalam Taurat dalam satu Safar lengkap yang khusus menjelaskannya. Safar ini diberi nama Safar Yunan bin Amatan.
Taurat menyatakan bahwa dia adalah salah seorang Nabi Bani Israil. Yang
pasti adalah bahwa Nabi ini adalah Yunus bin Matta. Nama-namanya
terdapat kemiripan dalam lafadznya. Kisahnya mengandung sebagian
kejadian dan peristiwa yang dibicarakan oleh Al-Qur’an dan hadis,
walaupun terdapat kekurangan dan perubahan disebabkan oleh penyelewengan
yang menimpa Taurat.
Dan sebagian hadis shahih menyatakan bahwa Nabi ini adalah Yunus bin Matta. (Shahih Bukhari, 6/450, Shahih Muslim, 1/152, no. 166).
Nama asli Yunan menurut
orang-orang Yahudi adalah Yunatsan, yang berarti pemberian Allah, atau
sebagaimana dikatakan oleh para penjelas Taurat, “Yehova memberi”
(yakni, Allah memberi). Yehova menurut mereka adalah Allah. (Qamusul Kitabil Muqaddas, hlm. 1123)
Taurat menyatakan bahwa dia berasal dari kota Palestina yang bernama Jat Hafir (Safar Muluk kedua, Ishah 14 poin 25). Kota ini terletak dekat dengan kota Nashira, sejauh tiga mil darinya.
Salah satu suku Bani Israil
bernama Zablun (Safar Yasyu’, Ishah 19 poin 10-16). Oleh karena itu,
para penjelas Taurat menguatkan bahwa Yunan berasal dari suku ini. Hanya
Allah yang mengetahui kebenaran berita-berita seperti ini.
Taurat mengklaim bahwa Allah
mengutus Yunus dari kotanya di Palestina kepada penduduk Ninaway ketika
keburukan dan kejahatan merajalela di kalangan mereka, agar dia
memperingatkan mereka terhadap adzab dan siksa Allah. Ninaway adalah
kota besar dekat kota Moshul di Irak. Lalu Yunus menolak pergi ke kota
itu, karena ia takut terhadap keburukan penduduknya. Yunus lari dari
Allah Tabaraka wa Taala. Dia naik perahu dari kota Yafa ke kota yang
jauh bernama Tarsyisy. Para penafsir Taurat menyatakan bahwa kota ini
berada di Maroko atau Spanyol. Aku tidak mengerti bagaimana Yunus
menjadi nabi lalu dia mengira mungkin bisa lari dari Allah.
Ketika perahu sampai di tengah
lautan, lautan bergolak dan bergejolak sampai perahu hampir pecah. Maka
para penumpang membuang barang bawaan mereka agar perahu tidak karam.
Pada saat itu Yunus sedang tidur di bagian bawah perahu. Nakhoda
mendatanginya dan membangunkannya. Dia meminta kepada Yunus berdoa
kepada Allah agar menyelamatkan mereka dari kesulitan tersebut.
Sebagian penumpang mengusulkan
agar dilaksanakan undian, bukan untuk meringankan beban perahu,
melainkan untuk mengetahui seorang penumpang penyebab kesulitan yang
menimpa mereka. Yunus memperoleh undian. Mereka pun bertanya-tanya
tentang kejadian apa yang menimpa Yunus. Ini menunjukkan bahwa mereka
tidak mengenalnya ketika Yunus naik pertama kali bersama mereka. Ketika
mereka mengetahui bahwa Yunus lari dari hadapan Allah, mereka ketakutan.
Yunus meminta mereka agar melemparkannya ke laut, sehingga mereka bisa
selamat dari murka Allah, karena dia mengetahui bahwa dialah penyebab
dari bergelaknya laut. Lalu mereka melemparkannya ke laut. Yunus ditelan
ikan besar. Dia tertahan di perut ikan selama tiga hari tiga malam.
Taurat menyebutkan doa yang dibaca oleh Yunus kepada Tuhannya. Doanya
bukan doa di dalam Al-Qur’an. Allah memerintahkan ikan agar
memuntahkannya ke daratan, lalu memerintahkannya agar pergi ke kota
Ninaway untuk memberi peringatan kepada penduduknya dan memberitahukan
kepada penduduknya bahwa kota mereka akan diadzab setelah empat puluh
hari.
Ketika penduduk Ninaway
mengetahui peringatan Yunus, merekapun bertaubat, beriman dan kembali
kepada Allah. Mereka berdo’a kepada-Nya, maka Allah mengampuni dan
menyayangi mereka. Hal ini membuat Yunus kesal dan marah karena Allah
menyayangi mereka. Yunus menyalahkan Tuhannya atas ampunan-Nya kepada
mereka. Yunus meninggalkan kota. Dia duduk di arah timur dari kota itu
dibawah payung yang dibuatnya, untuk melihat apa yang terjadi di kota.
Lalu Allah menumbuhkan pohon labu besar yang menaunginya agar dia
melupakan kekesalannya. Yunus berbahagia dengan pohon itu. Esok harinya,
pada saat terbit fajar, pohon labu itu mongering karena Allah mengirim
ulat yang memakannya. Yunus bersedih karenanya, maka Tuhannya mencelanya
atas kesedihannya terhadap kematian pohon labu, sementara dia tidak
bersedih atas binasanya sejumlah besar penduduk Ninaway.
Dalam Ishah pertama dalam Safar Yunan
termaktub, “Tuhan berfirman kepada Yunan bin Amatan, ‘Bangkitlah,
pergilah ke Ninaway, kota yang besar, serukan padanya karena keburukan
mereka telah sampai dihadapan-Ku.”
Maka Yunan pun bangkit untuk
pergi ke Tarsyisy dari wajah Tuhan. Dia singgah di Yafa dan menemukan
perahu yang berangkat ke Tarsyisy. Dia membayar ongkos dan naik ke
tasnya untuk pergi bersama mereka ke Tarsyisy dari wajah Tuhan.
Tuhan mengirim angin kencang
ke laut. Maka terjadilah badai besar di laut yang hampir memecahkan
perahu. Para penumpang ketakutan. Semuanya berdoa kepada Tuhan,
barang-barang mereka dibuang ke laut untuk meringankan beban perahu.
Yunan sendiri masuk ke lambung
perahu, dia tidur nyenyak. Nakhoda mendatanginya dan berkata, “Mengapa
kamu hanya tidur? Bangun dan berdoalah kepada Tuhanmu, semoga Tuhan
menarik badai ini sehingga kita semua tidak celaka.”
Sebagian penumpang berkata
kepada sebagian yang lain, “Kita membuat undian supaya kita mengetahui
siapa penyebab kesulitan ini.” Mereka membuat undian. Maka Yunanlah yang
meraih undian.
Mereka berkata kepadanya,
“Katakanlah apa penyebab semua ini? Apa yang kamu lakukan? Darimana kamu
datang? Apa kotamu? Dari bangsa mana kamu ini?” Yunan menjawab, “Aku
orang Ibrani. Aku takut kepada Tuhan langit yang menciptakan langit dan
bumi.” Maka para penumpang ketakutan. Mereka berkata kepada Yunan,
“Mengapa kamu melakukan ini?” Orang-orang mengetahui bahwa dia berlari
dari wajah Tuhan karena dia memberitahukan kepada mereka. Mereka
berkata, “Apa yang mesti kami lakukan kepadamu agar laut ini bisa
tenang?” Pada waktu itu laut semakin bergejolak.
Yunan berkata, “Lemparkan aku
ke laut, niscaya laut menjadi tenang, karena aku tahu dirikulah penyebab
datangnya badai besar ini kepada kalian.” Para penumpang berusaha
membelokkan perahu ke daratan, akan tetapi mereka tidak berhasil karena
laut semakin bergejolak. Mereka berdoa kepada Tuhan, “Ya Rabbi, kami
tidak mau celaka Al-Qur’an disebabkan oleh jiwa laki-laki ini. Janganlah
Engkau menjadikan atas kami darah yang bebas, karena Engkau, ya Rabbi,
melakukan apa yang Engkau kehendaki.” Kemudian mereka membuang Yunan ke
laut, maka laut berhenti bergejolak. Orang-orang sangat takut kepada
Tuhan. Mereka menyembelih untuk Tuhan dan bernadzar untuk-Nya. Tuhan
menyiapkan ikan besar yang menelan Yunan. Maka Yunan berada di dalam
perut ikan besar selama tiga hari tiga malam.
Dalam Ishah kedua
tertulis, “Yunan berdoa kepada Tuhan-nya di dalam perut ikan. Dia
berkata, ‘Aku berdoa dari kesulitanku, ya Tuhan, maka perkenankanlah.
Aku berteriak dari perut ikan besar maka Engkau mendengar suaraku.
Karena Engkau telah melemparkanku ke kedalaman di dasar lautan, aku
diliputi oleh sungai, di atasku bergejolak seluruh arus dan
gelombang-Mu, maka aku berkata, ‘Aku telah diusir dari hadapan mata-Mu,
akan tetapi aku kembali melihat kepada bentuk kesucian-Mu. Air telah
meliputiku mencekik nafas, arus deras meliputiku, rumput laut
mengelilingi kepalaku. Aku turun gunung yang paling bawah, bumi tertutup
atasku untuk selama-lamanya. Kemudian, ya Rabbi, Tuhanku, hidupku naik
dari tempat rendah ketika nafasku semakin sulit bagiku. Aku mengingat
Tuhan, maka doaku mendatangimu, kepada bentuk kesucianmu orang-orang
menjaga kebatilan-kebatilan dusta meninggalkan nikmat mereka. Dengan
suara pujian aku menyembelih untukmu dan menunaikan apa yang aku
nadzarkan. Ikhlas karena Tuhan.” Maka Tuhan memerintahkan ikan untuk ia
memuntahkan Yunan ke daratan.
Dalam Ishah ketiga
tertulis, “Kemudian Tuhan berfirman kepada Yunan untuk kedua kalinya,
‘Bangkitlah, pergilah ke Ninaway kota yang besar, serukan kepadanya
dengan seruan yang aku sampaikan kepadamu.’
Yunan bangkit. Dia pergi ke
Ninaway seperti dalam firman Tuhan. Ninaway adalah kota yang besar bagi
Allah, berjarak perjalanan selama tiga hari. Yunan mulai masuk kota
dengan perjalanan satu hari. Dia berseru, “Ninaway akan dibalik setelah
empat puluh hari.”
Penduduk Ninaway beriman
kepada Allah dan mereka menyerukan berpuasa. Mereka memakai pakaian
ibadah, baik orang dewasa maupun anak-anak. Hal ini didengar oleh raja
Ninaway. Dia pun bangkit dari kursinya, melepas jubahnya, menutup diri
dengan pakaian ibadah dan duduk di atas abu. Di Ninaway diserukan bahwa
perintah raja dan pembesarnya, “Hendaknya manusia, hewan ternak, sapi
dan kambing tidak mencicipi apa pun. Tidak digembalakan dan tidak minum
air. Hendaknya manusia menutup diri, demikian pula binatang ternak,
dengan pakaian ibadah. Mereka berteriak dengan keras kepada Allah.
Setiap orang meninggalkan jalan hidupnya yang buruk dan membuang
kedzaliman yang ada di tangan mereka. Semoga Allah kembali dan menyesal
dan menghapus adzab-Nya, maka kita tidak binasa.”
Ketika Allah melihat amal
mereka, bahwa mereka meninggalkan kehidupan mereka yang buruk, maka
Allah menyesal atas keburukan yang telah diucapkannya untuk dilaksanakan
kepada mereka. Dia pun tidak melaksanakannya.”
Dalam Ishah keempat
termaktub, “Maka hal itu membuat Yunan sangat kesal. Dia marah dan
berdoa kepada Tuhan. Dia berkata, “Ya Tuhan, bukankah ini adalah
ucapanku manakala aku masih di kotaku? Oleh karena itu aku segera
berlari ke Tarsyisy, karena aku mengetahui bahwa Engkau mengasihi dan
menyayanginya, tidak cepat marah, banyak rahmat dan menyesal atas
keburukan. Maka sekaranglah, wahai Tuhan, cabutlah nyawaku dari diriku
karena kematianku lebih baik daripada kehidupanku.” Tuhan bertanya,
“Apakah kamu marah kepada kebenaran?”
Yunan keluar dari kota itu.
Dia duduk di sebelah timur kota. Di sana dia membuat payung dan duduk di
bawahnya sehingga dia bisa melihat apa yang terjadi di kota. Maka Tuhan
menumbuhkan sebuah pohon labu yang tingginya melebihi Yunan sehingga
bisa memayungi kepalanya, agar dia melupakan kesedihannya. Karena pohon
labu ini Yunan menjadi sangat bahagia. Kemudian esok harinya di waktu
fajar, Allah mengirimkan ulat yang menyerang pohon labu hingga
mengering. Dan pada waktu terbit matahari Allah mengirim angin timur
yang panas. Matahari memanaskan kepala Yunan dan pohon itu mongering.
Lalu Yunus memilih mati untuk dirinya. Dia berkata, “Matiku lebih baik
dari hidupku.”
Allah berfirman kepada Yunan,
“Apakah kamu marah terhadap kebenaran demi sebatang pohon labu?” Yunan
menjawab, “Aku marah kepada kebenaran sampai mati.” Tuhan berkata,
“Kamu mengasihi sebatang pohon labu padahal ia bukan hasil keringatmu,
bukan pula kamu yang merawatnya. Ia tumbuh di malam apa pun dan kamu
meninggalkannya pada malam ketika ia mengering. Apakah aku tidak
mengasihi orang-orang Ninaway, kota yang besar di mana terledapat lebih
dari dua belas kabilah manusia yang tidak mengenal mana yang kanan dari
yang kiri dan ternak mereka yang banyak?”
Komentar terhadap Versi Taurat
Barang siapa membaca kisah ini
dalam Taurat setelah dia mengetahui kisah yang benar di dalam Al-Qur’an
dan hadis yang shahih, maka dia mengetahui bahwa kisahnya telah
diselewengkan dan dirubah. Yang tersisa dari kebenaran hanyalah sedikit,
ibarat puing-puing yang tersisa dari kota mati. Orang yang mengenalnya
dengan baik hampir tidak mengenalinya kecuali dengan usaha keras dan
penuh kesulitan.
Tanpa ragu, kisah Yunus adalah
benar, bukan khayalan yang direkayasa sebagaimana diklaim oleh sebagian
penjelas Taurat. Dan kami tidak mengetahui sejauh mana kebenarannya
bahwa Yunus berasal dari bumi Palestina dan diutus oleh Allah ke Ninaway
di bumi Irak. Yang nampak bagiku adalah bahwa hal ini tidak benar.
Rasulullah telah menyampaikan kepada kita bahwa Allah tidak mengutus
seorang rasul setelah Luth, kecuali jika dia di puncak nasab kaumnya.
Bagaimana bisa Yunus bukan dari penduduk kota di mana dia diutus
kepadanya? Al-Qur’an secara nyata meyatakan bahwa penduduk kota di mana
Yunus diutus kepada mereka adalah kaumnya, “Dan mengapa tidak ada
(penduduk) suatu kota yang beriman, lalu imannya itu bermanfaat
kepadanya selain kaum Yunus? tatkala mereka (kaum Yunus itu), beriman,
Kami hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan dunia,
dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai kepada waktu yang
tertentu.” (Yunus:98). Bagaimana bisa mereka adalah kaum Yunus
sementara dia dianggap orang asing bagi mereka ? ini adalah pemahaman
yang jauh.
Klaim Taurat bahwa Yunus
menolak perintah Allah kepadanya agar pergi ke Ninaway adalah klaim yang
salah. Tidak mungkin bagi seorang Yunus yang diangkat menjadi nabi dan
rasul untuk menolak perintah Allah kepadanya. Dan klaim Taurat bahwa
Yunus naik perahu sebelum sampai di Ninaway adalah klaim yang salah
pula. Hadis secara jelas menyatakan bahwa kejadian itu setelah dia
pergi meninggalkan kaumnya karena adzab yang tidak turun kepada mereka.
Hadis menyatakan bahwa para
penumpang perahu mengenal Yunus tidak sebagaimana yang dinyatakan oleh
Taurat bahwa mereka tidak mengenalnya. Hadis juga menyatakan bahwa
Yunuslah yang meminta agar dilakukan undian, tidak sebagaimana yang
dinyatakan oleh Taurat bahwa merekalah yang meminta itu. Hadis
menyatakan bahwa undian dilakukan tiga kali, bukan satu kali seperti
yang dikatakan oleh Taurat. Hadis menyatakan bahwa Yunus melemparkan
dirinya ke laut, tidak sebagaimana Taurat yang menyatakan bahwa
merekalah yang melemparkannya.
Taurat menyatakan bahwa pada
saat laut bergejolak Yunus sedang tidur nyenyak, ini tidak benar. Ini
menjelek-jelekkan Nabi Yunus. Tidur nyenyak dalam situasi seperti ini
bukanlah tabiat orang-orang besar.
Al-Qur’an membenarkan Taurat
dalam beberapa hal, seperti ketika Yunus ditelan ikan besar. Akan tetapi
Taurat tidak menyinggung bahwa Yunus mendengar tasbih batu-batu di
lautan seperti disebutkan oleh hadis. Dan doa yang dibaca oleh Yunus
dalam Taurat bukanlah doa yang disebutkan oleh Al-Qur’an yang sesuai
dengan kondisinya. Doa dalam Taurat yang tidak mengandung pengakuan
terhadap kesalahannya.
Yang ada di dalam Al-Qur’an
dan hadis-hadis shahih adalah bahwa Yunus mengajak kaumnya, orang-orang
Ninaway, tapi mereka menolak untuk beriman. Yunus mengancam mereka
dengan adzab dan kebinasaan. Begitulah umat-umat para rasul mereka tidak
diadzab kecuali jika hujjah telah tegak atas mereka. Adapun yang
dinyatakan oleh Taurat bahwa Yunus datang memberitakan adzab kepada
mereka yang akan turun setelah empat puluh hari tanpa peringatan
terlebih dahulu dan tanpa pergolakan panjang, menyelisihi apa yang sudah
terbiasa dalam urusan dakwah para rasuk kepada kaum mereka.
Taubat penduduk Ninaway dan
kembalinya mereka kepada Allah yang disebutkan oleh Taurat dibenarkan
oleh Al-Qur’an. Binatang ternak yang dipisahkan dari anak-anaknya yang
disebutkan oleh Taurat juga dinyatakan benar oleh hadis. Dan di dalam
hal ini, Taurat memuat perincian yang mungkin saja benar, namun
pengungkapan penyesalan Allah atas keburukan yang hendak dilakukannya
kepada penduduk kota adalah pengungkapan yang buruk lagi salah. Yang
benar adalah bahwa Allah menerima taubat mereka dan mengasihi mereka.
Taurat menyatakan bahwa Yunus
marah terhadap rahmat Allah kepada penduduk kota lalu dia
menyalahkan-Nya. Ini tidak benar. Yang benar adalah bahwa Yunus takut
dibunuh karena adzab Allah tidak turun menimpa mereka. Hukum pendusta di
lingkungan mereka adalah dibunuh.
Yunus memperingatkan mereka
dengan adzab setelah empat puluh hari. Ini salah. Yang benar adalah
setelah tiga hari sebagaimana termaktub dalam hadis.
Taurat menyatakan bahwa Allah
menumbuhkan sebuah pohon labu bagi Yunus dan bahwa pohon itu mengering
hingga dia bersedih. Lalu Allah membuat perumpamaan dengannya; dia
bersedih atas matinya sebuah pohon, tetapi tidak bersedih atas sebuah
umat yang jumlahnya melebihi seratus ribu orang. Ini benar. Akan tetapi
tidaklah benar bahwa Allah menumbuhkan pohon labu untuknya setelah dia
memperingatkan kaumnya. Dan apa yang secara jelas dinyatakan oleh hadis
dan oleh Al-Qur’an secara tersurat bahwa semua itu terjadi setelah Yunus
dimuntahkan dari dalam perut ikan.
Di dalam Taurat tidak terdapat
banyak perincian seperti termaktub di dalam Al-Qur’an dan hadis. Taurat
tidak menyinggung sebab-sebab yang membuat Yunus pergi dari kotanya,
yaitu karena takut dibunuh dikarenakan adzab yang dijanjikannya tidak
kunjung turun. Taurat tidak menyinggung bahwa Yunus dimuntahkan oleh
ikan besar dalam keadaan sakit seperti anak burung tanpa bulu. Taurat
juga tidak berbicara tentang seorang anak muda dengan
perincian-perinciannya.
Pelajaran-Pelajaran dan Faedah-Faedah Hadis
- Hendaknya seorang mukmin teguh di atas perintah Allah dan sabar atas hukum-Nya. Dia tidak sepantasnya terburu-buru dalam urusan di mana Allah mempunyai urusan di dalamnya.
- Dampak taubat dan iman dalam mengangkat kemarahan Allah, murka dan adzab-Nya sebagaimana yang terjadi pada kaum Yunus, bahwa Allah mengangkat adzab mereka ketika mereka beriman.
- Kadangkala Allah menguji hamba-hamba-Nya yang shalih jika mereka melakukan penyimpangan terhadap perintah Allah, sebagaimana Dia menguji Yunus. Tetapi Dia menyelamatkan mereka dengan iman, kebaikan, dan doa mereka, sebagaimana Yunus selamat dari perut ikan.
- Dampak doa dan pengakuan terhadap kesalahan dalam menyelematkan diri dari kesulitan. Allah menyelamatkan Yunus karena doa dan tasbihnya. “Maka kalau sekiranya Dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah, niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit.” (Ash-shaffat: 143-144).
- Hadis ini menunjukkan kodrat besar Allah. Dia menghentikan perahu hingga tidak berjalan, padahal perahu-perahu yang ada di kanan kirinya hilir mudik. Dia menahan ikan hingga tidak mematikan Yunus berada di dalam perutnya. Dia memerintahkannya untuk memuntahkannya di pantai. Dia membuat Yunus mendengar tasbih batu-batu di dasar laut. Dia membuat pohon dan batu bisa berbicara untuk memberikan kesaksian kepada anak muda.
- Allah mengangkat anak muda penggembala kambing sebagai raja. Allah memberikan kerajaan-Nya kepada siapa yang dikehendaki- Nya. Anak muda itu memperbaiki kaumnya selama empat puluh tahun, masa yang panjang.
- Cepatnya perubahan yang terjadi pada kaum Yunus. Keadaan mereka menjadi baik dan urusan mereka menjadi lurus. Ini dibuktikan dengan turunnya raja mereka dari tahtanya dan menyerahkannya kepada anak muda penggembala yang bertemu Yunus. Dia menyampaikan salam Yunus kepada kaumnya, serta pohon dan daratan berarti untuknya.
- Beratnya dosa dusta. Pada masa umat terdahulu dusta termasuk dosa besar dan pelakunya berhak dibunuh.
- Pada masa selain kaum Yunus terdapat orang-orang yang baik. Para penumpang perahu menolak melemparkan Yunus walaupun Yunus selalu menang undian tiga kali, sehingga Yunuslah yang menceburkan diri.
- Kesalahan yang dilakukan oleh Yunus tidak menodai kedudukannya dan tidak menurunkan kemuliaannya. Dia termasuk nabi dan rasul Allah di mana Dia memilih, mengangkat, dan mengunggulkan mereka. Rasul kita telah memperingatkan agar jangan ada orang yang mengklaim atau berkata, “Aku lebih baik daripada Yunus bin Matta,” hanya karena Yunus melakukan kesalahannya. Di dalam Shahih Bukhari Nabi bersabda, “Janganlah kamu berkata, ‘Sesungguhnya aku lebih baik daripada Yunus bin Matta.'” Dalam riwayat lain, “Tidak sepantasnya seorang hamba berkata, ‘Aku lebih baik daripada Yunus bin Matta.'” (Lihatlah hadis-hadis yang melarang hal ini dalam Shahih Bukhari, 6/450 no. 342, 3416).
- Keutamaan doa Dzin Nun. Doanya menjadi doa yang dilontarkan oleh orang-orang yang tertimpa kesulitan, orang-orang yang mendapat kesedihan, dan orang-orang yang dikepung oleh kesusahan dan kesengsaraan. “Tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang dzalim.” (Al-Anbiya: 87).
- Boleh naik perahu, sebagaimana Yunus melakukannya.
- Sejauh mana kesulitan para rasul dalam berdakwah kepada Allah dan menghadapi kaum mereka, serta sejauh mana ujian Allah dan cobaan-Nya kepada mereka.
- Ketaatan para makhluk kepada Allah. Ikan besar menelan Yunus sebagaimana yang Dia perintahkan dan ia tidak membunuhnya. Begitu Allah memintanya agar memuntahkan, maka ia melakukannya. Ikan-ikan besar dan ikan-ikan lainnya serta batu lautan, semuanya bertasbih kepada Allah dan Yunus mendengar tasbihnya.
- Koreksi Al-Qur’an dan hadis terhadap berita-berita yang diselewengkan oleh Bani Israil.
- Rasulullah menyebutkan sifat Nabi Yunus pada waktu beliau menunaikan ibadah haji. Sebuah hadis riwayat Muslim dalam Shahihnya, bahwa Rasulullah mendatangi sebuah jalan di gunung Harsya (gunung dekat Juhfah) dan beliau bersabda, “Seolah-olah diriku melihat Yunus bin Matta di atas unta merah yang gemuk dengan berjubah wol, tali kekang untanya dari sabut, dan dia sedang bertalbiyah.” (Shahih Muslim, 1/251, no. 166; Musnad Ahmad, 3/352, no. 1854, cetakan Ar-Risalah).
Sumber: Buku “Ensklopedia Kisah Shahih Sepanjang Masa”, DR. Umar Sulaiman Abdullah Al-Asyqar, Pustaka Yassir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar